Keutamaan Shalat Berjama’ah Di Masjid (2)

ayat513.jpg 



F. Keutamaan Shaf-Shaf Pertama
Shalat berjama’ah di shaf-shaf terdepan, terutama shaf-shaf pertama, memiliki keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan hal itu dalam sejumlah hadist, diantaranya
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat124.jpg
Seandainya manusia mengetahui pahala yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka akn melakukan undian.” (HR. Bukhari)
Al Hafizh Ibnu hajar al Asqalani rahimahullah mengatakan,” Abu asy Syaikh menambahkan dalam riwayatnya dari jalan al A’raj, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu:
Berupa kebaikan dan keberkahan.’”(Fathul Baari II/96)
Ath Thayyibi memberikan ta’liq (komentar) atas hadits yang mulia ini, “Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak menjelaskan keutamaannya, hal ini menunjukkan kepada sesuatu yang sangat mendalam dan termasuk sesuatu yang tidak dapat disifati. Demikian pula penggambaran keadaan perlombaan dengan undian di dalamnya, merupakan sesuatu yang mendalam. Karena ini tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang diperlombakan oleh orang-orang yang saling berlomba.” (Dinukil dari Syarh al Kirmaani li Shahiih al Bukhari V/16)
1. Shaff-shaff pertama seperti shaffnya Malaikat
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat219.jpg
Sesungguhnya shaf pertama seperti shaffnya Malaikat. Seandainya kalian mengetahui keutamaannya, niscaya kalian berlomba-lomba kepadanya.” (HR.Abu Dawud, Ahmad)
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna berkata ketika menjelaskan sabdaya:”Seperti shaff Malaikat” “Yakni dalam hal kedekatan kepada Allah Ta’ala, turunnya rahmat, kesempurnaan, dan kelurusannya.” (Buluughul Amaani min Asraaril Fat-h ar Rabbani V/171)
2. Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff terdepan
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Umamah radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat317.jpg
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama. “ Mereka (para sahabat) berkata,”Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua?” Beliau menjawab,” Sesunguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff pertama.” Mereka berkata,” Wahai Rasulullah, dan juga kepada shaff kedua?” Beliau menjawab,” Dan kepada shaff kedua.” (HR. Ahmad, di hasankan oleh Syaikh al Albani)
Makna shalawat Allah atas mereka-sebagaimana dikatakan oleh Imam ar Raghib al Ashfahani-bahwasanya Allah menyucikan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan shalawat Malaikat-sebagaimana dinyatakan oleh Imam al Ashfahani- adalah do’a dan istighfar. (Al-Mufradaat fii Ghariibil Qur’an, topic ash shalah, hal 285)
Allahu Akbar! Betapa bahagianya orang yang berada di shaff terdepan dalam shalat berjama’ah lalu Allah menyucikannya dan para Malaikat mendo’akan serta memohonkan ampunan untuknya! Ya Allah! Masukkanlah kami ke dalam golongan mereka.
3. Nabi yang mulia Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bershalawat (memohonkan ampun) kepada shaff pertama dan kedua
Imam an Nasa-i meriwayatkan dari al ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
ayat415.jpg
Bahwa beliau bershalawat kepada shaff pertama sebanyak tiga kali dan kepada shaff kedua satu kali.” (HR. an Nasa-i, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Makna bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bershalawat sebanyak tiga kali-sebagaimana dikatakan oleh al ‘Allamah as Sindi- bahwa beliau mendo’akan mereka agar mendapatkan rahmat dan memohonkan ampunan untuk mereka sebanyak tiga kali. (Lihat Haasyiyah al Imam as Sindi II/93)
Betapa bahagianya orang yang dido’akan dan dimohonkan ampunan oleh kekasih Rabb semesta alam dan manusia pertama dan terakhir yang paling mulia bagi-Nya. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah atasnya.
G. Keutamaan Shaff-Shaff Sebelah Kanan
Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat513.jpg
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada shaff-shaff sebelah kanan.” (HR. Adu Dawud dan Ibnu Majah, hadits ini di hasankan oleh al Mundziri dan Ibnu Hajar)
Para sahabat radhiallahu anhum senang berada disebelah kanan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ketika shalat di belakang beliau. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari al-Barra’ radhiallahu anhu, ia mengatakan:
Jika kami shalat di belakang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, maka kami senang (jika) berada disebelah kanan beliau, lalu beliau menghadapkan wajahnya kepada kami.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
Al ‘Allamah Muhammad Syamsul Haqq memberikan ta’liq (komentar) atas penuturan al Barra’ radhiallahu anhu,”Karena shaff bagian kanan lebih utama dank arena Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menghadapkan wajahnya kepada kami ketika salam pertama sebelum menghadap orang yang berada di sebelah kirinya.” (‘Aunul Ma’buud II/322-323)
H. Allah Ta’ala Kagum Terhadap Shalat Berjama’ah
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, ia mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat610.jpg
Sesungguhnya Allah benar-benar kagum terhadap shalat berjama’ah.’” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir mengatakan, “Sanadnya hasan.”)
I. Keutamaan Mengucapkan “Aamiin” Bersama Imam
Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat79.jpg
Jika imam mengucapkan :’Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’ maka ucapkanlah:’Aaamiin.’ Karena, barangsiapa yang ucapannya menyelarasi ucapan Malaikat, maka diampuni dosanya yang telah lalu.’”(HR. Bukhari)
Bukan hanya dosanya yang telah lalu saja yang diampuni oleh Allah Ta’ala bahkan do’a orang-orang yang mengucapkan Aamiin dalam shalat berjama’ah akan dikabulkan. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa al Asy’ari radhiallahu anhu, ia mengatakan,” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkhutbah kepada kami, lalu beliau menjelaskan Sunnah dan mengajarkan shalat kepada kami dengan sabdanya:
ayat88.jpg
Jika kalian shalat, maka luruskanlah shaff-shaff kalian, kemudian hendaklah salah seorang dari kalian menjadi imam kalian. Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah. Jika ia mengucapkan: ’Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’ , ucapkanlah: ’Aamiin’, maka Allah mengabulkan (untuk) kalian.” (HR. Muslim)
Betapa besar pahala orang-orang yang mengucapkan “Aamiin” dalam shalat jama’ah! Yaitu dikabulkan oleh Allah Yang Mahakuasa, Maha Menentukan, Yang Maha Esa, lagi bergantung kepada-Nya seluruh makhluk.
J. Pengampunan Dosa bagi Siapa yang Shalat Berjama’ah Setelah Menyempurnakan Wudhu’
Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat96.jpg
Barangsiapa yang berwudhu’ dengan sempurna, kemudian berjalan untuk mengerjakan shalat fardhu lalu mengerjakannya bersama orang-orang atau bersama jama’ah atau di masjid, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.’” (HR. Muslim)
K. Keutamaan Shalat Berjama’ah Dibandingkan Shalat Sendirian
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri radhiallahu anhu bahwa ia mendengar Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat107.jpg
Shalat berjama’ah itu lebih utama 25 derajat dibandingkan shalat sendirian.” (HR. Bukhari)
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ia lebih utama 27 derajat. Imam al Bukhari meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Shalat berjama’ah itu lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian.” (Ibid II/131, no.645)
Para Ulama-semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan-telah mengkompromikan di antara dua riwayat yang menyebutkan 25 dan 27, dengan berbagai sudut pandang. Barangkali tinjauan terbaik bahwa keutamaan itu berbeda-beda tergantung perbedaan keadaan orang-orang shalat. Terkadang shalat sesorang mendapatkan 25 derajat, dan sebagian lainnya mendapatkan 27 derajat, tergantung kesempurnaan shalat, ia memelihara tata caranya, kekhusyu’annya, banyaknya (jumlah) jama’ahnya, keutamaan mereka, kemuliaan tempat dan sejenisnya. Wallaahu a’lam bish shawaab.
Sebagian ulama menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan derajat-derajat tersebut, di antaranya adalah al Hafizh Ibnu Hajar yang menyatakan,”Aku telah memperbaiki apa yang telah aku kumpulkan tentangnya, dan aku telah membuang apa yang tidak dikhususkan dengan shalat berjama’ah.” (Fathul Baari II/133).
Sebab-sebab yang disebutkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar adalah sebagai berikut:
1. Menjawab mu-adzin dengan niat shalat berjama’ah.
2. Bersegera kepadanya di awal waktu.
3. Berjalan ke masjid dengan tenang.
4. Masuk masjid dengan berdo’a.
5. Shalat Tahiyyatul Masjid ketika memasukinya.
6. Menunggu shalat berjama’ah.
7. Malaikat bershalawat (berdo’a) dan memohon ampunan untuknya.
8. Malaikat bersaksi untuknya.
9. Menjawab iqamat.
10. Selamat dari syaitan ketika melarikan diri pada saat iqamat.
11. Berdiri untuk menunggu imam melakukan takbiratul ihram, atau memulai bersamanya dalam keadaan apapun yang dilihatnya pada shalat itu.
12. Demikian pula mengikuti takbiratul ihram (bersama imam).
13. Meluruskan shaff dan mengisi shaff yang masih kosong.
14. Menjawab imam ketika mengucapkan:”Sami’allaahu liman hamidah,” (dengan mengucapkan:”Rabbanaa wa lakal hamdu…”).
15. Pada umumnya aman dari kelalaian, dan mengingatkan imam ketika lalai dengan tasbih atau memberitahukan kepadanya.
16. Pada umumnya memperoleh kekhusyu’an dan selamat dari kelalaian.
17. Pada umumnya memperbaiki keadaan.
18. Diliputi oleh pada Malaikat.
19. Berlatih mentajwidkan bacaan al Qur’an dan mempelajari rukun-rukun serta hal-hal lainnya.
20. Menampakkan syi’ar-syi’ar Islam.
21. Menjdikan syaitan murka dengan cara berkumpul untuk beribadah, tolong menolong dalam ketaatan, dan memberi semangat orang yang bermalas-malasan.
22. Selamat dari sifat munafik dan berburuk sangka kepada selainnya bahwa ia sebenarnya ia sebenarnya meninggalkan shalat.
23. Mengucapkan salam setelah imam berkata salam.
24. Memetik manfaat dari berkumpulnya mereka atas do’a dan dzikir, serta kembalinya keberkahan orang yang sempurna atas orang yang tidak sempurna..
25. Tegaknya sistem persatuan di antara tetangga dan keakraban mereka terealisir pada waktu-waktu shalat. (Lihat Fathul Baari II/133-134)
Kemudian, al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, ”Inilah 25 perkara yang pada masing-masing darinya terdapat perintah atau anjuran khusus tentangnya. Dan tersisa darinya dua hal yang khusus pada shalat yang di jaharkan, yaitu diam dan mendengarkan bacaan imam, dan ta’min (mengucapkan amin) bersama imam agar menyelarasi ta’min Malaikat.” (Ibid II/134).
L. Shalat Berjama’ah Dapat Melindungi Hamba dari Gangguan Syaitan
Imam Ahmad meriwayatkan dari Muadz bin Jabal Radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat1111.jpg
Syaitan adalah serigala pemangsa manusia sebagaimana serigala pemangsa kambing yang menangkap kambing yang jauh lagi sendirian. Oleh karena itu janganlah bercerai-berai, dan tetaplah berjama’ah bersama orang-orang dan masjid.” (HR. Ahmad,Syaikh Ahmad Abdurramah al Banna mengatakan, ”Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dan sanadnya jayyid (bagus)”).
Yakni bahwa syaitan itu merusak dan membinasakan manusia dengan godaannya sebagaimana serigala yang merusak jika ia menangkap seekor kambing. (Buluughul Amaani V/175-176).
Tetaplah berjama’ah artinya, Yakni tetaplah pada apa yang dianut oleh jama’ah Ahlus Sunnah dalam segala hal, diantaranya adalah berjama’ah dalam shalat. (Ibid, V/176).
M. Bertambahnya Keutamaan Shalat Berjama’ah dengan Bertambahnya Jumlah Jama’ah Shalat
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat125.jpg
Sesungguhnya shalat seseorang bersama orang lain lebih baik daripada shalat sendirian. Shalat bersama dua orang itu lebih baik daripada shalat bersama seseorang. Dan jumlah yang lebih banyak, maka hal itu lebih disukai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dan an Nasa-i)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan dalam hadits lainnya bahwa derajat orang-orang yang shalat dengan berjama’ah itu lebih baik dan lebih utama daripada shalatnya orang-orang yang jumlahnya berkali-kali lipat lebih banyak (dibandingkan mereka) bila mereka shalat sendir-sendiri. Imama al Bazzar meriwayatkan dari Qabbats bin Asyim al Laitsi radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Dua orang yang mengerjakan shalat yang salah seorang dari keduanya menjadi imam bagi sahabatnya, lebih baik disisi Allah daripada empat orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri. Empat orang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari kalian itu lebih baik disisi Allah daripada delapan orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri. Delapan orang yang mengerjakan shalat yang diimami oleh salah seorang dari mereka, lebih baik di sisi Allah daripada seratus orang yang mengerjakan shalat dengan sendiri-sendiri.” (HR. al Bazzar,Al Hafizh al Mundziri mengatakan,” Diriwayatkan oleh al Bazzar dan ath Thabrani dengan sanad laa ba’sa bihi (tidak mengapa))
N. Dua Kebebasan bagi Siapa yang Shalat Selama 40 Hari dengan Mendapatkan Takbiratul Ihram (Bersama Imam)
Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, ia mengatakan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat134.jpg
Barangsiapa yang shalat selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan Takbiratul Ihram, maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api Neraka dan kebebasan dari sifat munafik.” (HR.at Tirmidzi,dan dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Al Allamah ath Thayyibi menjelaskan hadits ini,”Ia dilindungi di dunia ini dari melakukan perbuatan kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan kaum ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik, dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka shalat dengan bermalas-malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka.” (Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi I/201).
O. Keutamaan Shalat ‘Isya, Subuh dan ‘Ashar Berjama’ah
Disamping apa yang telah kami disebutkan dari keutamaan shalat berjama’ah, maka tercantum pula dalam sebagian hadits yang menunjukkan bahwa melaksanakan shalay ‘Isya’, Shubuh, dan ‘Ashar berjama’ah memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Tentang besarnya pahala shalat Isya’ dan Subuh berjama’ah, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat144.jpg
Seandainya mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam shalat al ‘Atamah (‘Isya’) dan Shubuh, niscaya mereka mendatangi keduanya walaupun dengan merangkak.” (HR. Asy Syaikhan dari Abu Hurairah)
Imam an Nawawi memberikan ta’liq di atas hadits ini,”Hadits ini berisikan anjuran yang sangat untuk menghadiri jama’ah dua shalat ini.” (Syarh an nawawi IV/158)
Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan shalat ‘Isya’, Shubuh dan ‘Ashar yang dilakukan secara berjama’ah.
1. Shalat ‘Isya’ berjama’ah seperti qiyam (shalat) separuh malam, dan shalat Shubuh dan ‘Isya’ berjama’ah seperti qiyamul lail sepanjang malam.
Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Umrah, ia mengatakan, “Utsman bin Affan radhiallhu anhu masuk masjid setelah melaksanakan shalat Maghrib, lalu ia duduk sendirian, kemudian aku duduk mendekatinya, maka dia mengatakan,’Wahai keponakanku! Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat154.jpg
Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh dengan berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam..’” (HR. Muslim)
Maksud dari sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, ”Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Shubuh dengan berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam,” yakni siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah setelah shalat ‘Isya’ berjama’ah, maka ia seolah-olah melaksanakan shalat sepanjang malam.
Hal ini ditegaskan dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam at Tirmidzi dan Imam Ibnul Mundzir dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat164.jpg
Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya secara berjama’ah, maka ia seolah-olah melakukan qiyam separuh malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya’ dan Shubuh secara berjama’ah, maka ia seperti melakukan qiyam satu malam.” (HR. Abu Dawud,lafazh ini miliknya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Dan disebutkan dari sebagian sahabat radhiallahu anhum, mereka berpendapat bahwa melaksanakan shalat ‘Isya’ dan Shubuh secara berjama’ah itu lebih utama dibandingkan shalat sepanjang malam. Imam Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiallahu anhu bahwa di mengatakan, ”Sesungguhnya aku menunaikan shalat ‘Isya dan shalat Shubuh secara berjama’ah itu lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan qiyamul lail) di antara keduanya.” (Al Mushannaf, kitab ash Shalawaat, fit Takhalluf fil ‘Isyaa-i wal Fajri wa Fadhli Hudhuurihima I/333)
Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan,”Aku Shalat Fajar dan ‘Isya yang terakhir dengan berjama’ah lebih aku sukai daripada aku menghidupkan malam (dengan qiyamul lail) di antara keduanya.” (Ar Raudhun Nadhiir Syarh Majmuu’il Fiqhil Kabiir II/116)
Apakah shalat Shubuh berjama’ah lebih utama dari shalat ‘Isya’ berjama’ah?
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan bahwa shalat Shubuh berjama’ah lebih utama dari shalat ‘Isya’ berjama’ah. Ia menyebutkan dalam kitab Shahiihnya, sebuah hadits dari ‘Utsman radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Barangsiapa yang melaksanakan shalat ‘Isya’ secara berjama’ah, maka ia seperti menunaikan shalat separuh malam dan siapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjama’ah, maka ia seperti menunaikan shalat satu malam.”(HR. Ibnu Khuzaimah)
Tentang hal ini, al Hafizh al Mundziri memberikan taliq atas hadits Abu Dawud (yg telah disebutkan), “ Lafazh yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menafsirkan dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sabdanya:’Barngasiapa yang melaksanakan shalat Shubuh secara berjama’ah, maka ia seolah-olah menunaikan shalat sepanjang malam,’ yakni siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan ‘Isya’.’
Semua jalan periwayatan hadits menegaskan hal itu, dan masing-masing dari keduanya berkedudukan separuh malam, serta berkumpulnya keduanya berkedudukan satu amalam.” (Mukhtashar Sunan Abi Dawud I/293, lihat juga Faidhul Qadir, alManawi IV/165 dan Tuhfatul Ahwadzi, al Mubarakfuri I/191)
2. Malaikat menyertai orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke masjid.
Imam Abu ‘Ashim dan Imam Abu Nu’aim meriwayatkan dari Maitsam radhiallahu ‘anhu, seorang sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Ia mengatakan, “Aku mendapat kabar bahwa satu Malaikat pergi dengan membawa panjinya bersama orang yang mula-mula (paling awal) pergi ke masjid. Malaikat tetap membawa panji itu bersamanya hingga ia pulang, lalu membawanya masuk ke rumahnya. Sedangkan syaitan membawa panjinya ke pasar bersama orang yang mula-mula (paling awal) pergi. Syaitan terus membawa panji itu bersamanya hingga dia pulang, lalu memasukkannya ke dalam rumahnya.” (Dinukil dari at Targhiib wat Tarhiib, Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,”Sanad hadits ini mauquf shahih.”)
3. Shalat Shubuh berjama’ah dicatat dalam shalatnya kaum yang berbakti, dan orang-orang yang mengerjakannya dicatat sebagai utusan ar Rahmaan.
Diriwayatkan oleh Imam ath Thabani dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
ayat172.jpg
Barangsiapa yang berwudhu’ kemudian pergi ke masjid, lalu shalat dua rakaat sebelum Shubuh kemudian duduk hingga (dilakuannya) shalat Shubuh, maka shalatnya pada hari itu dicatat sebagai shalaynya kaum yang berbakti dan ia dicatat sebagai utusan ar Rahmaan.” (HR. ath Thabrani, dan dihasankan oleh Syaikh al Albani)
4. Orang yang shalat Shubuh dengan berjama’ah berada dalam jaminan Allah
Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat183.jpg
Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah, maka ia berada dalam jaminan Allah. Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka Allah menyungkurkan wajahnya di dalam Neraka.” (HR. ath Thabrani)
Betapa kuat dan mulianya jaminan ini! Jaminan Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahatinggi lagi Maha Menentukan. Ya Allah, jangan halangi kami untuk mendapatkannya
Al ‘Allamah ‘Abdurrahman al Mubarakfuri mengatakan dalam menjelaskan sabdanya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,” Maka ia berada dalam jaminan Allah,” yakni dalam jaminan dan keamanan-Nya di dunia dan akhirat.” (Tuhfatul Ahwaadzi I/192)
Sabda Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, “Barangsiapa yang membatalkan jaminan Allah, maka Allah menyungkurkan wajahnya di dalam neraka,” menurut para ulama memiliki dua makna: Pertama, yang dimaksud dengan “jaminan Allah” adalah shalat yang menyebabkan rasa aman. Artinya, jangan meninggalkan shalat Shubuh berjama’ah dan jangan meremehkannya, sehingga perjanjian yang terjalin antara kalian dengan Rabb kalian menjadi batal, lalu Allah menyungkurkan wajah kalian di dalam Neraka.
Kedua, siapa yang shalat Shubuh berjama’ah, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah kalian merintanginya dengan sesuatupun. Sebab, jika kalian merintanginya, maka Allah menyungkurkan wajah kalian di Neraka. (Lihat Faidhul Qadiir VI/164, AL ‘Allamah al Munawi)
5. Orang yang shalat Shubuh berjama’ah mendapatkan pahala haji dan umrah, jika ia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua raka’at.
Di antara hal yang juga menunjukkan keutamaan shalat Shubuh berjama’ah adalah apa yang dijelaskan oleh orang yang berkata-kata dengan wahyu, yaitu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bahwa barangsiapa yang melakukan tiga amalan, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah. Ketiga amal tersebut adalah:
a. Shalat Shubuh berjama’ah.
b. Duduk di masjid untuk berdzikir kepada Allah setelahnya hingga matahari terbit.
c. Melaksanakan shalat dua raka’at setelah matahari terbit.
Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu ‘amhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat191.jpg
Barangsiapa melaksanakan shalat Shubuh berjama’ah, kemudian duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian berdiri untuk menunaikan shalat dua raka’at, maka ia mendapatkan pahala haji dan umrah.” (HR. ath Thabrani, Al Hafizh al Mundziri mengatakan,” Hadits ini diriwayatkan ole hath Thabrani dan sanadnya jayyid (bagus).”)
6. Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu Shubuh dan Ashar serta mereka memohonkan ampun untuk orang-orang yang melaksanakan keduanya dengan berjama’ah.
Adapun tentang berkumpulnya mereka dalam shalat Shubuh, Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,”Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat20.jpg
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalat yang engkau lakukan sendirian, serta Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada waktu shalat Shubuh.’”
Kemudian Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan:
Jika kalian suka, bacalah ‘Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (para Malaikat).” (HR. Bukhari)
Adapun mengenai berkumpulnya mereka pada waktu shalat Shubuh dan ‘Ashar, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Mereka datang rombongan demi rombongan di tengah kalian, yaitu Malaikat malam dan Malaikat siang. Mereka berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian mereka yang bertugas pada malam hari di tengah kalian naik, lalu Rabb mereka bertanya kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui tentang mereka (hamba-hambaNya),’Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Kami meninggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami mendatangi mereka juga dalam keadaan shalat.’” (HR. Muslim)
Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan, (ta’liq atas hadits ini), “Adapun berkumpulnya mereka pada shalat Shubuh dan ‘Ashar, maka ini termasuk belas kasih Allah terhadap hamba-hambaNya yang beriman dan kemurahan untuk mereka. Yaitu menjadikan berkumpulnya para Malaikat di sisi mereka dan berpisah dengan mereka pada waktu-waktu ibadah dan berkumpulnya mereka dalam ketaatan kepada Rabb mereka. Sehingga para Malaikat bersaksi untuk mereka dengan kebaikan yang mereka saksikan.” (Syarh an Nawawi V/133)
Adapun istighfar Malaikat bagi siapa yang melaksanakan shalat Shubuh dan ‘Ashar berjama’ah, disebutkan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah: “Mereka mengatakan,
 

ayat2110.jpg 


Kami mendatangi mereka dalam keadaan shalat dan kami meninggalkan mereka juga dalam keadaan shalat; maka ampunilah mereka pada hari Pembalasan.’” (HR. Ibnu Khuzaimah, dan dishahihkan oleh Syiakh Albani)
Betapa bahagianya orang yang dimintakan ampunan oleh para Malaikat Allah Yang Maha Pemurah! Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan mereka. Aamiin, ya Rabbal ‘aalamiin.
Maraji’ :
Kitab (edisi Indonesia) Wajibnya Shalat Berjama’ah di Masjid bagi Laki-laki, penulis Syaikh DR. Fadhl Ilahi, cetakan Pustaka Ibnu Katsir.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Grunge Theme Copyright by Truly Moslem | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks